Minggu, 05 Mei 2019

Anda Adalah Pakaian Anda


Anda Adalah Pakaian Anda

Ada pertanyaan menggelitik terkait hubungan kita sebagai makhluk Sosial. Siapa sebenarnya anda?
Ketika ada kunjungan seseorang pejabat Pusat di negara ini ke suatu daerah, maka semua orang didaerah tsb akan sangat sibuk mempersiapkan penyambutan, bahkan terkadang harus extra keras persiapannya. Tidak hanya persiapan protokolernya, semua sisi dilihat. Siapa yang akan menyambutnya, jalan yg akan dilewati apakah telah mulus, nginepnya dimana dan pihak mana yang akan mendampingi selama kunjungan. Bahkan pihak yang kritis ke pemerintah terkadang juga memanfaatkan kunjungan tsb utk melakukan protes, atau demonstrasi.

Tidak hanya di pemerintahan, di sektor swastapun sama, bagaimana persiapan yang akan dilakukan kantor cabang saat akan ada kunjungan Direksi/ komisaris dari kantor pusatnya.

Di lingkungan RT sekalipun, kita biasa berhadapan dengan para tetangga dengan beraneka ragam profesi. Ada bekerja sebagai pegawai negeri, pegawai swasta, pengusaha dan lainnya.

Nah, pernahkah anda melihat /merasakan bagaimana perlakuan pergaulan dilingkungan anda? Pernahkah melihat atau merasakan krn berbeda profesi orang akan dipandang secara berbeda pula? Misalkan si A krn kedudukan atau jabatan di suatu instansi sehingga lebih dihargai dan disegani dibanding Si B yang tidak memiliki jabatan/profesi?

Secara prinsip, siapapun kita sebenarnya orang lain akan memperlakukan kita tergantung dengan Baju/ label yang ada pada kita.

Kita menyaksikan bagaimana orang akan diperlakukan sangat istimewa /spesial tatkala masih memiliki jabatan/kedudukan namun akan diperlakukan secara berbeda setelah orang tsb pensiun atau sudah tidak pada posisi semula.

Memang benar semuanya tetap dipengaruhi juga oleh sikap dan perilaku kita terhadap orang lain/anak buah/rekan sejawat saat kita masih menjabat. Orang yang sikap dan perilakunya baik akan tetap dihormati/disegani pada saat orang tsb sudah tidak menjabat/pensiun. Namun toh demikian namanya juga manusia, sebaik baik perilaku kita tetap ada pihak yang tidak menyukai kita.

Kesimpulannya kita dihargai oleh orang lain adalah karena label/baju kita. Sekali karena baju kita.
Jadi jangan berbangga diri apabila anda di hargai/disegani orang lain krn baju kita, dan disaat baju kita terlepas maka tidak dijumpai lagi penghargaan yang sama.
Itulah manusia, semua manusia akan sama dihadapan Allah. Nilai manusia berbeda tergantung amal ibadah dan imannya.

Sidoarjo 5 Mei 2019.


Minggu, 21 April 2019

PEMBERATASAN KORUPSI : Mulailah yang Kecil

Akhir-akhir ini kita disuguhkan drama penangkapan para anggota DPR RI yang tertangkap tangan melakukan tindakan korupsi oleh KPK . meskipun banyak lembaga pengawasan di negeri ini namun yang secara aktif dan nyata melakukan tindakan ke arah pemberatasan korupsi mungkin hanya KPK. Kejagung yang selama ini menjadi harapan masyarakat ternyata beberapa waktu lalu juga ditangkap KPK karena melakukan korupsi. maka lembaga yang paling ditakuti para koruptor sekarang adalah KPK.


Sayangnya jumlah anggota KPK dan infrastukturnya belum lah banyak dan luas. maka kitapun harus realistis jika sasaran KPK sekarang adalah para koruptor besar (yang nilainya milyaran).

Bagaimana dengan para koruptor yang tergolong bukan koruptor besar?


Para pelaku koruptor kelas besar (kakap) mungkin selalu was-was karena selalu takut jika suatu waktu ditangkap KPK. sementara para koruptor menengah dan kecil...masih bisa tidur nyenyak dan tetap melakukan korupsi karena mereka sadar keterbatasan yang dimiliki KPK.


Korupsi kecil-kecil ini justru yang sehari-hari dirasakan masyarakat. selama korupsi kecil-kecilan ini tidak diberantas maka dimata masyarakat pemberantasan korupsi gagal atau jalan ditempat.


Korupsi kecil-kecil ini sudah sangat dirasakan masyarakat sehari-hari, mulai dari pengurusan surat identitas seperti KTP di kelurahan, SIM di Kepolisian, Passport di Imigrasi, pengurusan Perijinan Usaha, dan sebagainya.


Transparansi Tarif



Transparansi Tarif-tarif Layanan Umum sesering mungkin...

Pasang seperti Papan-papan kantor pemerintahan..

Tulis Tarif resmi besar-besar....juga tulis Jika anda membayar tidak sesuai tarif yang tertera...berarti anda sedang melakukan korupsi......


Kesadaran.....harus selalu didengungkan dan dikampanyekan....

karena sekarang ini kebiasaan memberikan uang tips, uang terima kasih, salam tempel.



Dengan kesadaran seluruh komponen masyarakat terhadap apa itu korupsi dan mengetahui bahwa segala tindakannya dapat disebut korupsi maka diharapkan budaya kita berubah menjadi budaya anti korupsi...











Selasa, 03 Mei 2011

Jadilah Orang Tidak Biasa

Suatu saat aku berada di lobi sebuah hotel yang cukup nyaman, mengantar istri yang lagi reunian sama teman lama semasa kuliah. lobi hotel saat itu terasa sibuk, banyak orang lalu lalang, bergerombol, dan dari pengamatanku kebanyakan dari mereka berbadan tegap dan berambut cepak. "wah, ini pasti ada pejabat yang menginap" bathinku. belum sempat berpikir jauh...kulihat semua yang ada dilobi menyambut seseorang yang juga dikawal beberapa orang menuju pintu keluar hotel. wah ternyata dialah pejabat yang dimaksud. orangnya ternyata biasa saja, hanya tinggi dan tegap juga. Namun semua orang yang hadir saat itu menyambut hormat orang tersebut.

sejenak akupun berpikir, wah luar biasa sekali orang ini sehingga hampir semua yang hadir baik petugas hotel maupun pegawai dari berbagai instansi menyambut dan menghormati orang ini.

Mungkin jabatannyalah yang membawa orang ini dihormati dan disegani. namun terlepas dari semua itu, pastilah orang ini telah menunjukkan prestasi yang luar biasa sehingga mampu mencapai posisi yang patut dihormati dan disegani.

sesaat yang lain, saat lobi sudah mulai sepi kulihat petugas hotel yang membukakan pintu bagi para tamu. kulihat dia mungkin orang berpendidikan rendah, wajah kurang terawat, penampilannya masih terlihat kikuh saat membukaan pintu hotel bagi para tamu. iseng aku tanya mengenai tarif hotel, ternyata dia tidak siap. menjawabku dengan tidak percaya diri. dan akhirnya memanggilkan petugas resepsionis untuk menerangkan sekedar tarif hotel secara umum.

bagi petugas pembuka pintu hotel, hampir tidak ada satupun orang yang melihat dia, apalagi menyambut dia, menghargai dia. mungkin karena dia orang biasa yang mana tugasnya tidak membutuhkan keahlian khusus, tidak sulit untuk mencapainya. hampir semua orang yang sehat pasti dapat membukakan pintu untuk orang lain.

sejenak akupun berpikir. aku pikirkan rekan-rekan kerjaku yang dikantor. kenapa si Fulan bisa mencapai posisi tertentu sementara si Handai tetap saja tidak merangkak naik jabatannya? . kenapa orang bisa melampaui 3 level dalam waktu 3-5 tahun, sementara orang lainnya sudah lebih 10 tahunpun tetap pada posisi yang sama.

Dan akupun dapat simpulkan, karena orang tersebut menjadi orang yang tidak biasa. berbeda daripada orang pada umumnya. mempunyai kemampuan yang paling tidak biasa diantara yang lain. mempunyai sesuatu yang lain dibanding rekannya. apapun itu, entah karena kepandaiannya, entah karena ketekunannnya, ataupun karena ketelitiannya.

kalau orang lain masih banyak menggunakan waktunya atau menghabiskan waktunya untuk omong kosong, berbantah-bantahan yang tiada berguna, sementara hasil yang dihasilkan tidak ada bedanya dengan yang lain, maka orang tersebut akan merugi. menyia-nyiakan waktu, kesempatan dan peluang.

untuk itu mari, kita menjadi orang yang tidak biasa dalam segala hal, menunjukkan prestasi, lakukan prinsip sedikit bicara banyak hasil kerja nyata. maka tunggulah kekuatan tuhan. siapa yang menabur lebih , maka akan menuai lebih.

semoga kita bisa menjadi manusia yang tidak biasa. maka kita akan mendapatkan balasannya. Penghormatan dan penghargaan dari orang lain pastilah muncul dengan sendirinya.



semoga.

Selasa, 24 Maret 2009

Mendengar....betapa sulitnya..ya

Kebanyakan orang...lebih suka bicara dibanding mendengarkan. berbicara memang lebih memuaskan karena kita bisa melepaskan sesuatu yang sering nangkring di otak kita. sedang mendengar adalah pekerjaan yang menuntut kita pasif...konsentrasi...diam....menatap yang berbicara...dan harus sabar dari keinginan kita menyela bila setuju atau tidak setuju apa yang dibicarakan lawan bicara.

Mendengarkan....adalah pekerjaan yang sangat sulit dan perlu dilatih. tanpa latihan maka menjadi pendengar yang baik sangat sulit.

Berbicara akan memunculkan rasa...penting seseorang karena mengungkapkan ekspresi, harga diri, dan perasaan seseorang.

saat kita mampu mendengarkan, maka diri kita akan lebih mampu memandang segala sesuatu lebih luas dan bijaksana. dengan mendengarkan kita bisa tau keseluruhan maksud dan apa yang melatarbelakangi seseorang membicarakan sesuatu.

Terkadang seseorang berbicara hanya membutuhkan untuk didengarkan tanpa menginginkan umpan balik. terkadang juga ingin mendapat tanggapan/pendapat, terkadang juga menginginkan masukan yang lebih banyak dari orang yang mendengarkan.

Dengan menjadi pendengar yang baik, kita akan disenangi banyak orang.

selamat mendengarkan...

Sabtu, 14 Maret 2009

Caleg, Pertaruhan Hidup dan Mati

Sebentar lagi pemilihan Caleg akan diselenggarakan di seluruh penjuru Indonesia. Saat ini disetiap sisi kota dihiasi gambar para caleg dan slogan-slogan (janji kapanye) untuk menarik simpati para pemilih. Kampanye juga sebentar lagi terjadi. berarti pengerahan massa juga akan menjadi pemandangan umum di mata masyarakat.

Perubahan pada pemilu kali ini dibanding pemilu sebelumnya adalah ditetapkannya oleh Makamah Konstitusi bahwa Caleg yang akan duduk di kursi dewan adalah mereka yang memperoleh suara yang terbanyak. bukan lagi ditentukan oleh nomor urut. perubahan ini akan sangat mendasar akibatnya terhadap biaya pencaleg-an seseorang.

PERLU BIAYA BESAR
Kalau sebelumnya para caleg tidak perlu terlalu pusing karena biaya kampanye ditanggung oleh partai, maka sekarang para caleg harus siap-siap mempersiapkan dana besar untuk memperkenalkan dirinya didepan konstituennya. sebagian besar para caleg belum dikenal oleh masyarakat didaerah pemilihannya. maka untuk membuat agar dikenal biaya besarpun harus siap dikeluarkan.
sebagai gambaran saja, kita mungkin sering menyaksikan pemilihan langsung kepala desa. meskipun selalu digembar-gemborkan agar pemilihan menghindari politik uang namun kenyataan dilapangan hampir setiap calon pasti mengeluarkan uang yang jumlahnya tidak sedikit. Mulai biaya atribut kampanye, biaya pengerahan massa, biaya reklame dimedia massa, biaya menjamu para konstituen (biaya ini akan dikeluarkan saat para caleg menyatakan mencalonkan diri sampai pemilihan terjadi). semua biaya ini akan dikeluarkan secara pribadi oleh para caleg.
saya tidak bisa membayangkan, kalau biaya untuk pencalonan kepala desa saja yang jumlah konstituennya mungkin sekitar ribuan orang saja bisa mencapai puluhan bahkan ratusan juga rupiah. berapa biaya yang dikeluarkan oleh para caleg DPRD Kabupaten, DPRD Provinsi dan DPR dengan jumlah kontituen lebih dari ratusan ribu atau bahkan jutaan?

HIDUP ATAU MATI
kalau seorang calon kepala desa, untuk membiayai pencalonannya bisa menguras seluruh tabungannya, menjual assetnya seperti rumah, sawah dan lainnya, bahkan berhutang sana-sini dengan janji kalau menang akan dikembalikan dengan bunganya. Dari sini terlihat, secara finansial maka calon pada saat mencalonkan diri dalam kondisi ini sangat rawan / titik kritis. apabila dia menang, maka selamatlah dia (hidup). ada kesempatan untuk mengembalikan modal yang telah dikeluarkannya. bila sabar dan orangnya jujur maka dia akan menerima kompensasi sebagai kepala desa sesuai haknya. namun kebanyakan karena begitu banyak modal telah dikeluarkan dalam waktu singkat, maka tidak ada jalan lain dalam waktu singkat juga dia harus mengembalikan harta dan hutangnya. tidak ada jalan lain yang cepat kecuali korupsi.

Namun jika calon tersebut kalah, maka habislah dia(mati). semua hartanya ludes dan para penagih hutang siap mendatanginya setiap saat. maka dalam kondisi ini, tekanan ekonomi dan kejiwaan akan dirasakan.

Saya tidak membayangkan apabila saat ini kondisi caleg-caleg kita persis seperti kondisi pencalonan kepala desa tersebut. maka dapat dipastikan, pasca pemilu akan banyak orang stress /mengalami gangguan jiwa (untuk yang kalah) dan juga banyak para koruptor baru yang siap makan apa yang sebenarnya menjadi hak masyarakat. (untuk yang menang/ terpilih).

Bagi para caleg, maka saat ini adalah saat dimana anda dalam posisi kritis. masa pertaruhan hidup dan mati anda kedepan. saran saya, para caleg supaya sadar dengan kemampuan ekonomi dan kekuatannya dalam menyikapi pencalonan caleg kali ini. buatlah neraca agar kondisi keuangan tetap diusahakan positip agar anda dapat meneruskan kehidupan anda dimasa mendatang. jangan jor-joran dalam mencari/menumpuk hutang hanya demi mengejar kursi dewan. Juga jangan terpancing dengan janji-janji tim pemenangan pemilu anda bahwa dengan menggelontorkan dana untuk program kampanye di suatu daerah anda akan memperoleh suara sekian persen dari yang dibutuhkan. calon yang bijak adalah yang mengenal kemampuan diri sendiri.

Gotong Royong, Dimanakah engkau sekarang?

Dulu, ketika aku masih kecil dan tinggal disebuah kampung yang jauh dari kota. bahkan dapat dikatakan desaku termasuk sangat terisolasi terletak disebuah desa yang bernama Purwokerto sekitar 28 km dari kota Pati Jawa tengah, nilai-nilai gotong royong diantara warga desa sangatlah menonjol. kebersamaan dan gotong royong hampir disemua segi kehidupan. mulai dari membangun rumah, memanen hasil pertanian, membangun jalan, saat warga mengadakan pesta perkawinan, dan lainnya. membangun rumah misalnya, pada hari H pendirian rumah, semua warga terutama laki-laki wakil tiap rumah berkumpul dan bergotong royong mendirikan rumah tanpa bayaran sama sekali. saat memanen hasil pertanian, para wanita bergotong royong secara bergantian membantu memanen hasil pertanian. dan semuanya dilakukan dengan sukarela dan bergotong royong....semuanya itu terjadi saat desaku masih terisolasi. belum ada listrik dan jalanpun belum beraspal. sarana transportasi harus dilalui dg jalan kaki. untuk ke kota kecamatan saja, harus ditempuh jalan kaki sekitar 6 km melalui jalan setapak dan harus melewati hutan lebat. kemudian dilanjutkan naik dokar sekitar 5 km baru sampai kecamatan.
saat itu orang desa hidup secara sederhana, aman dan tentram. anak-anak perempuan setelah lulus SD langsung dikawinkan oleh orang tua masing-masing. anak laki-laki biasanya hidup sebagai penggembala ternak ataupun bertani. hanya sedikit sekali anak-anak yang meneruskan sekolah hingga ke SMP. aku termasuk beruntung karena bisa sekolah SMP yang saat itu satu desaku cuma ada sekitar 3 anak. Tiap hari aku sekolah bersama teman-temanku. berangkat pukul 05.00 pagi.

Para ibu menjual hasil pertanian/kebun kepada para tengkulak yang memang setiap hari datang dengan jalan kaki dari kota kecamatan. pasarpun hanya beberapa saja orang yang datang.

Sekitar 1997, listrik mulai masuk desaku. jalan pun sudah mulai mulus dengan aspal kualitas murah. transportasi mulai lancar. orang banyak berpergian ke kota. sepeda motorpun mulai bersliweran dijalan-jalan desa. pikiran orang desaku mulai berubah. banyak pemuda yang mulai pergi merantau ke kota-kota besar seperti Jakarta maupun sumatra. saat mereka pulang banyak membawa cerita yang menarik dan keberhasilan merubah hidup. orang mulai berubah. mereka mulai suka beli baju, beli perabot rumah yang bagus-bagus, dll. orang mulai memikirkan kebutuhan mereka sendiri-sendiri.

aku mulai jarang menjumpai orang bergotong royong mendirikan rumah. sebelumnya mereka membuat rumah dari kayu berubah membuat rumah dari tembok sehingga tidak perlu orang banyak namun benar-benar tergantung sama para tukang yang hanya butuh 4 orang. orang-orang mulai mengejar pekerjaan yang setiap hari menghasilkan uang untuk mencukupi kebutuhan hidup yang semakin meningkat karena perubahan gaya hidup. sekarang aku banyak jumpai saat ada orang yang meminta tolong ...yang dimintai tolong terkadang lebih memilih bekerja yang mendapat bayaran daripada membantu tetangga yang hanya meminta tolong. akhirnya mereka hidup secara individualistik. sementara para pemuda yang merantau saat pulang mereka memamerkan gaya hidup modern. Hal ini menambah semangat individualis para pemuda. bila mereka mampu membangun rumah dari tembok, lantai keramik mereka merasa menjadi orang kaya dan akan dianggap berhasil oleh para tetangga.

Gotong royong yang dulu setiap hari aku lihat dan rasakan sekarang nyaris sangat jarang aku melihatnya. orang desa yang hidup sederhana dan pola pikir sederhana mulai sirna dari pandanganku. begitulah kehidupan sekarang. gotong royong sirna digantikan sikap hidup individualis dan kapitalis.

Kamis, 26 Juni 2008

Orang baik masih ada (banyak) bung!!!

Orang baik masih banyak bung!!!
beberapa waktu lalu aku mendapatkan tugas ke luar kota lagi. menjelang weekend karena jaraknya tidak terlalu jauh dari surabaya. maka akudan beberapa teman memutuskan untuk pulang. kami berangkat jam 18:00 menuju ke tempat pemberhentian bus. kami berangkat berempat, 3 cowok dan 1 cewek.sambil menunggu bus patas yang lewat, kamipun berusaha mencari informasi tentang jadwal bus Patas. namun alangkah terkejutnya kami, bahwa saat ini pasca kenaikanBBM, bus patas lebih jam 6 tidak ada lagi. namun kami peroleh informasi juga bahwa biasanya ada beberapa taksi yang lewat ( kembali ke surabaya yang pasti lebih murah, biasanya daripada kosong supir taksi menarik ongkos sesuai tarif Patas. Lumayan kalau beruntung.
lima belas menit lewat namun belum juga ada tanda-tanda taksi lewat. setengah jam kemudian pun belum ada...maka beberapa teman nekat untuk mencari tumpangan mobil plat hitam yang kearah surabaya..satu, dua, tiga, bahkan beberapa kali usaha untuk menyetop mobil yang lewat belum membuahkan hasil.mungkin dalam benak kebanyakan orang, pastilah akan berfikir bila mengangkut tambahan penumpang 4 orang. ditambah badan kita juga lumayan besar-besar. beruntung ada 1 wanita. jadi orang mungkin akanberfikir berbeda,...ditambah lagi pakaian kita yang berpakaian kemeja formal dan celana panjang kerja.
setelah setengah jam lewat, kulihat ada mobil berhenti. mau membeli minum kayaknya, wah plat kendaraanya "W" (wah sidoarjo...pikir kita), dengan semangat salah satu teman kita bertanya...ke pengemudi mobil tersebut. "Pak, mau ke Surabaya ya. boleh menumpang pak. kami berempat. kita mau kok pak iuran bensin". kata temanku berharap."wah, kita gak sampai surabaya mas...tapi sampai tanggulangin mau? jawab bapak pengemudi itu.tanpa pikir panjang kamipun mengiyakan....
Kamipun berempat naik ke mobil Xenia bapak itu. asik....akhirnya dapat juga orang baik yang mau ditumpangi. sorak hatiku dan mungkin juga sorak teman teman karena
sebelumnya aku tak yakin masih ada orang baik di jaman dimana kejahatan ada dimana-mana.
kami berempat dapat sampai kesurabaya dalam waktu yang jauh lebih cepat dibanding naik bus patas sekalipun. hal ini karena bapak driver tadi mengemudinya dengan kecepatan diatas 100 terus.dan bapak tadi juga tidak mau dibayar sepeserpun. kita hanya tau nama bapak tadi adalah Woro...tidak tau nomor telepon dan dimana rumahnya....benar-benar pengalaman yang tidak dapat aku lupakan sampai kapanpun. dijaman yang serba modern dan penuh prasangka pada setiap orang ternyata masih banyak orang yang baik hati...tulus dan jujur.
Bagaimana dengan anda? dapatkan anda dapat berbuat seperti bapak woro tadi???
sekian