Sabtu, 14 Maret 2009

Gotong Royong, Dimanakah engkau sekarang?

Dulu, ketika aku masih kecil dan tinggal disebuah kampung yang jauh dari kota. bahkan dapat dikatakan desaku termasuk sangat terisolasi terletak disebuah desa yang bernama Purwokerto sekitar 28 km dari kota Pati Jawa tengah, nilai-nilai gotong royong diantara warga desa sangatlah menonjol. kebersamaan dan gotong royong hampir disemua segi kehidupan. mulai dari membangun rumah, memanen hasil pertanian, membangun jalan, saat warga mengadakan pesta perkawinan, dan lainnya. membangun rumah misalnya, pada hari H pendirian rumah, semua warga terutama laki-laki wakil tiap rumah berkumpul dan bergotong royong mendirikan rumah tanpa bayaran sama sekali. saat memanen hasil pertanian, para wanita bergotong royong secara bergantian membantu memanen hasil pertanian. dan semuanya dilakukan dengan sukarela dan bergotong royong....semuanya itu terjadi saat desaku masih terisolasi. belum ada listrik dan jalanpun belum beraspal. sarana transportasi harus dilalui dg jalan kaki. untuk ke kota kecamatan saja, harus ditempuh jalan kaki sekitar 6 km melalui jalan setapak dan harus melewati hutan lebat. kemudian dilanjutkan naik dokar sekitar 5 km baru sampai kecamatan.
saat itu orang desa hidup secara sederhana, aman dan tentram. anak-anak perempuan setelah lulus SD langsung dikawinkan oleh orang tua masing-masing. anak laki-laki biasanya hidup sebagai penggembala ternak ataupun bertani. hanya sedikit sekali anak-anak yang meneruskan sekolah hingga ke SMP. aku termasuk beruntung karena bisa sekolah SMP yang saat itu satu desaku cuma ada sekitar 3 anak. Tiap hari aku sekolah bersama teman-temanku. berangkat pukul 05.00 pagi.

Para ibu menjual hasil pertanian/kebun kepada para tengkulak yang memang setiap hari datang dengan jalan kaki dari kota kecamatan. pasarpun hanya beberapa saja orang yang datang.

Sekitar 1997, listrik mulai masuk desaku. jalan pun sudah mulai mulus dengan aspal kualitas murah. transportasi mulai lancar. orang banyak berpergian ke kota. sepeda motorpun mulai bersliweran dijalan-jalan desa. pikiran orang desaku mulai berubah. banyak pemuda yang mulai pergi merantau ke kota-kota besar seperti Jakarta maupun sumatra. saat mereka pulang banyak membawa cerita yang menarik dan keberhasilan merubah hidup. orang mulai berubah. mereka mulai suka beli baju, beli perabot rumah yang bagus-bagus, dll. orang mulai memikirkan kebutuhan mereka sendiri-sendiri.

aku mulai jarang menjumpai orang bergotong royong mendirikan rumah. sebelumnya mereka membuat rumah dari kayu berubah membuat rumah dari tembok sehingga tidak perlu orang banyak namun benar-benar tergantung sama para tukang yang hanya butuh 4 orang. orang-orang mulai mengejar pekerjaan yang setiap hari menghasilkan uang untuk mencukupi kebutuhan hidup yang semakin meningkat karena perubahan gaya hidup. sekarang aku banyak jumpai saat ada orang yang meminta tolong ...yang dimintai tolong terkadang lebih memilih bekerja yang mendapat bayaran daripada membantu tetangga yang hanya meminta tolong. akhirnya mereka hidup secara individualistik. sementara para pemuda yang merantau saat pulang mereka memamerkan gaya hidup modern. Hal ini menambah semangat individualis para pemuda. bila mereka mampu membangun rumah dari tembok, lantai keramik mereka merasa menjadi orang kaya dan akan dianggap berhasil oleh para tetangga.

Gotong royong yang dulu setiap hari aku lihat dan rasakan sekarang nyaris sangat jarang aku melihatnya. orang desa yang hidup sederhana dan pola pikir sederhana mulai sirna dari pandanganku. begitulah kehidupan sekarang. gotong royong sirna digantikan sikap hidup individualis dan kapitalis.

Tidak ada komentar: